MEREKONSTRUKSI IDEALISME SISWA
UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN
PENDAHULUAN
Rekonstruksi… ? |
Idealisme..?
|
………………………………………….
Anak-anak malang seperti aku
jumlahnya ratusan ribu
kami anak-anak Bosnia
Bila berseru perut lapar
Yang datang bukan roti
Bukan keju
Bukan daging panggang
Tapi hujan peluru
Bila kami menyebut nama Allah
Bibir kami di silet, mulut kami di sobek
Lalu di sumpal dengan granat
………………………………………………………..
Penggalan puisi di atas adalah karya
Sawawi Imron yang berjudul Laporan Hitam Dari Bosnia, mengisahkan
penderitaan yang teramat sangat dari saudara-saudara kita yang ada di
belahan dunia yang lain. Tentunya mereka tak akan sempat untuk berfikir
tentang sekolah, atau bahkan mungkin mereka memang tidak pernah
mengenyam pendidikan formal seperti di sekolah-sekolah yang di lakukan
oleh anak-anak di negeri ini. Jangankan berfikir tentang urusan sekolah,
urusan makan saja mereka tidak sempat memikirkannya. Jika mereka
berseru lapar, yang datang bukan makanan tapi hujan pelor dan granat.
Kenyataan disini kita berbanding
terbalik. Kita bisa makan enak, keadaan aman-aman saja. Untuk urusan
sekolah tentunya juga enak. Pemerintah juga telah membiayai semuanya
hingga gratis untuk program pendidikan wajib belajar sembilan tahun.
Gedung-gedung sekolah bertebaran dimana-mana. Jalur-jalur transportasi
juga tersedia dengan nyaman. Seharusnya semua itu menjadi keberuntungan
yang teramat sangat bagi kita dan syukur yang setinggi-tingginya.
Namun jika kita meneliti dan mau jujur
pada diri kita sendiri, sudahkah hal itu benar-benar telah kita
manfaatkan dengan semaksimal mungkin?. Mari kita kita tanyakan itu pada
diri kita. Masih banyak siswa yang bersekolah hanya asal-asalan.
Berangkat dan pulang dari sekolah dengan pikiran kosong dari target yang
seharusnya mereka capai hari itu. Sekolah seakan tanpa adanya tuntutan
apapun. Seakan mereka berprinsip, biarlah segalanya mengalir bagaikan
air, yang penting sudah datang ke sekolah.
Mengapa hal semacam itu bisa terjadi?
Semuanya karena siswa tidak memiliki idealisme. Atau kalau mau berbaik
sangka, idealisme siswa telah mengalami degradasi. Barangkali sebagian
anda tidak setuju dengan istilah di atas. Penulis pun mau berdamai
dengan anda. Akan tetapi jika idealisme siswa tidak mengalami degradasi,
lalu mengapa perlu ada seminar, dialog dan semacamnya yang bertemakan merekontruksi
idealisme siswa seperti yang di adakan oleh OSIS M.A. Miftahul
Ulum Bettet ini? Dan penulis yakin hal senada juga sering di adakan oleh
lembaga-lembaga lain serta di tempat lain pula.
Sebelum penulis membahas hal ini lebih
jauh, akan menjadi lebih bijak apabila di jelaskan lebih dulu pengertian
dari istilah-istilah di atas.
Idealisme menurut makna
kamusnya adalah sesuatu hal yang berkenaan dengan ideal. Ideal berarti
cocok, pantas, tepat atau sesuai dengan yang diharapkan atau
dikreteriakan. Jadi idealisme adalah suatu hal yang berkenaan dengan
dengan apa yang diharapkan atau dikreteriakan.
Rekontruksi berasal dari kata kontruksi
dan mendapat prefik re. Kontruksi berarti bangunan atau
membangun, dan re berarti kembali atau lagi. Rekontruksi bisa berarti
membangun kembali.
Jadi rekontruksi idealisme siswa
berarti membangun kembali apa yang sesuai dengan harapan dan kriteria
seorang siswa.
- PEMBAHASAN
AGAMA
|
Membangun kembali apa yang sesuai dengan
harapan dan kriteria siswa, perlu adanya pemahaman akan beberapa hal
seperti; apa yang yang perlu dibangun kembali terkait dengan idealisme
tersebut, mengapa perlu dibangun kembali, dan bagaimana membangun
kembali.
- Apa yang perlu dibangun kembali
Ibarat mobil yang telah rusak di tengah
jalan, perlu adanya mobil derek untuk membawa mobil rusak tersebut ke
bengkel atau ketempat charge (tukar mobil). Idealisme yang telah rusak
juga perlu diderek. Mobil derek ini bisa berupa system pendidikannya
yang harus berpihak kepada stik holder pendidikan dan bukan kepada para
pelaku bisnis education. Stik holder pendidikan itu sendiri yang harus
ditingkat keberdayaannya.
Adapun hal yang perlu dibangun kembali
terkait dengan tema dia atas adalah:
- Siswa adalah manusia
terpelajar, dan pelajar tentunya identik dengan yang namanya buku dan
belajar. Belajar perlu adanya buku, berarti buku harus tersedia.
Dimanakah buku itu seharusnya berada? Jawabnya di dalam perpustakaan.
Maka perpustakaan menjadi hal mutlak adanya disetiap sekolah. Sekarang
jika buku sudah tersedia, maka tinggal apa yang harus dilakukan oleh
siswa? Jawabnya tentu mempelajari buku tersebut. Jika ada siswa yang
enggan atau bahkan tidak mau belajar maka itu belumlah menjadi siswa,
artinya dia bukanlah orang terpelajar.
- Siswa juga dituntut untuk
memiliki kemauan keras. Sifat malas, loyo, selalu lambat dan mudah
menyerah serta membiarkan segalanya mengalir bagaikan air adalah sifat
yang harus disingkirkan.
- Pepatah mengatakan, merenung
adalah inti dari kebaikan. Hal ini bertolak belakang dengan kebiasaan
dari kebanyakan siswa sekarang. Mereka lebih memilih hanyut dan terjebak
dalam budaya hedonism; budaya hidup enak, senang-senang dan tak mau
berjumpa dengan apa yang disebut dengan kesusahan sehingga mereka
menjadi lebih banyak mengisi waktu dengan acara jalan-jalan, rekreasi
atau hanya sekedar cangkrukan dengan teman-teman yang tanpa makna dan
manfaat. Padahal seandainya mereka mau merenung, akan lebih berarti jika
waktu santai yang mereka punya diisi dengan aktifitas yang lebih
bergengsi menurut tinjauan makna seorang pelajar, misalnya dengan
belajar kelompok. Atau, sekedar mau menerima dan berterima kasih pada
penderitaan yang di hadapi karena atas penderitaan itulah dia bisa
mendapatkan pengalaman.
- Mengapa perlu dibangun kembali
Jika kita kembali menyimak penggalan
puisi di atas lalu menarik satu pertanyaan darinya, mengapa hal itu
terjadi? Semua berasal dari tidak adanya idealisme. Umat islam di dunia
sudah kehilangan idealismenya untuk menjadikan islam sebagai pemimpin
dunia sehingga membiarkan penjajahan terhadap saudaranya (negara-negara
islam) terjadi dan menganggap itu hal biasa. Padahal jika mau melihat
akibat dari penjajahan itu, semuanya sudah mahfum, hasilnya adalah
kesengsaraan yang tiada tara.
Marilah kita merenungkan hal itu.
Kehilangan idealisme ternyata menyebabkan ketidakpedulian. Siswa yang
kehilangan idealismenya akan menjadi tidak peduli dengan pelajarannya,
gurunya, sekolahnya, temannya atau bahkan mungkin dengan dirinya
sendiri. Bayangkanlah jika sebagian besar siswa demikian. Jika hal itu
yang terjadi maka tinggallah menunggu hadirnya yang namanya
kesengsaraan. Karena itulah bangunlah kembali idealisme anda. Jangan
pernah membiarkannya hilang atau sekedar menurun. Idealisme yang anda
punya akan menjadi motifator untuk senantiasa memegang teguh
prinsip-prinsip hidup, dan prinsip-prinsip hidup itulah yang akan
melahirkan langkah anda guna menuju tujuan pada tangga sukses yang
sedang menanti-nanti anda. Ketika sukses telah tercapai maka ia akan
menjadi tiang penyangga yang semakin memperkuat idealisme awal anda.
Begitulah seterusnya akan menjadi mata rantai yang baik. Tapi janganlah
lupa bahwa pusat dari mata rantai tersebut adalah agama. Agamalah yang
harus dijadikan dasar dari idealisme, motifasi, prinsip, langkah, tujuan
dan sukses. Agama pulalah yang harus dijadikan control mereka.
- Bagaimana membangun kembali
- Be your self
- Hal yang paling membanggakan
bagi diri dalam hidup ini adalah apabila kita bisa menjadi diri sendiri.
- Hal yang paling mengagumkan
bagi orang lain dalam hidup ini adalah apabila kita bisa menjadi diri
sendiri.
- You will have to turn over a new leaf
‘Kamu harus membalik lembaran daun
baru.’
Artinya: memperbaharui sikap dan tekad
dengan membuang ciri-ciri negatif yang ada pada diri kita.
- Faith will remove mountains
‘keyakinan akan dapat memindahkan
gunung-gunung.’
- Keyakinan adalah landasan
sikap mental bagi orang yang ingin maju kedepan mencapai tujuan.
- Keyakinan yang teguh akan
dapat merampungkan pekerjaan besar demi tercapainya kesejahteraan hidup.
- Fall one time and stand up two times
‘jatuh sekali dan berdiri dua kali’
- Canangkanlah cita-cita anda
di bintang-bintang yang menghiasi langit dan bertabah hatilah untuk
menantang penghalang dan rintangan.
- Better the last smiler than the first laughter.
‘lebih baik yang tersenyum penghabisan
dari pada yang mula-mula tertawa’
- Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian.
- Awal kebahagiaan yang
diakhiri penderitaan itu adalah cerita duka cita yang paling mengerikan
bagi hidup manusia.
- Perjuangan hidup yang melarat
dan penuh penderitaan yang diakhiri dengan kebahagiaan adalah
kemenangan yang sempurna.
- No sweet without sweat
‘tak ada yang manis tanpa keringat’
- Tak ada perjuangan tanpa
pengurbanan dan tak ada pengurbanan yang sia-sia.
- Ingatlah, dunia yang penuh
nikmat dan kemuliaan hidup, menanti-nanti anda untuk juga ikut
merasakan, asalkan anda mau berbuat kearah itu.
Sukses – keagungan – kekayaan –
kedudukan – kemuliaan dan kesejahteraan harus diperjuangkan dengan
gigih, ulet dan tangguh.
- PENUTUP
- Kesimpulan
‘ janganlah sekali-kali salah seorang
diantara kamu ada yang duduk-duduk sambil berpangku tangan enggan
mencari karunia Allah,hanya sambil berdoa,” Ya Allah limpahkanlah
karunia kepadaku!” Padahal ia telah mengetahui bahwa tidak pernah dan
tidak akan pernah langit itu menurunkan hujan emas dan perak.’
(Umar Ibnul hattab).
- Saran
Jadikanlah di bawah ini sebagai kunci
sukses anda:
- Banyaklah makan.- Banyaklah main.
- Banyaklah tidur.
Bpk.Maskurdi. S. Pd
Pembina OSIS Putra MA Miftahul Ulum Bettet Pamekasan
REFERENSI
- Ahmad. “Pesantren dan Citranya.” Jakarta: Permata, 1996
- Imron, Sawawi. “Laporan Hitam Dari Bosnia.” MPA, 1995
- JM, Mas. “Friend Book.” Pamekasan: Unpublished, 2003
- Manser, Martin H. Oxford Learner Pocket Dictionary. Hong Kong: Oxford University Press, 1995