7 Maret 2013

Rekontruksi idealisme Siswa


 MEREKONSTRUKSI IDEALISME SISWA 
UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN
PENDAHULUAN
Rekonstruksi… ?
Idealisme..?
………………………………………….
………………………………………….
Anak-anak malang seperti aku
jumlahnya ratusan ribu
kami anak-anak Bosnia
Bila berseru perut lapar
Yang datang bukan roti
Bukan keju
Bukan daging panggang
Tapi hujan peluru
Bila kami menyebut nama Allah
Bibir kami di silet, mulut kami di sobek
Lalu di sumpal dengan granat
………………………………………………………..
Penggalan puisi di atas adalah karya Sawawi Imron yang berjudul Laporan Hitam Dari Bosnia, mengisahkan penderitaan yang teramat sangat dari saudara-saudara kita yang ada di belahan dunia yang lain. Tentunya mereka tak akan sempat untuk berfikir tentang sekolah, atau bahkan mungkin mereka memang tidak pernah mengenyam pendidikan formal seperti di sekolah-sekolah yang di lakukan oleh anak-anak di negeri ini. Jangankan berfikir tentang urusan sekolah, urusan makan saja mereka tidak sempat memikirkannya. Jika mereka berseru lapar, yang datang bukan makanan tapi hujan pelor dan granat.
Kenyataan disini kita berbanding terbalik. Kita bisa makan enak, keadaan aman-aman saja. Untuk urusan sekolah tentunya juga enak. Pemerintah juga telah membiayai semuanya hingga gratis untuk program pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Gedung-gedung sekolah bertebaran dimana-mana. Jalur-jalur transportasi juga tersedia dengan nyaman. Seharusnya semua itu menjadi keberuntungan yang teramat sangat bagi kita dan syukur yang setinggi-tingginya.
Namun jika kita meneliti dan mau jujur pada diri kita sendiri, sudahkah hal itu benar-benar telah kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin?. Mari kita kita tanyakan itu pada diri kita. Masih banyak siswa yang bersekolah hanya asal-asalan. Berangkat dan pulang dari sekolah dengan pikiran kosong dari target yang seharusnya mereka capai hari itu. Sekolah seakan tanpa adanya tuntutan apapun. Seakan mereka berprinsip, biarlah segalanya mengalir bagaikan air, yang penting sudah datang ke sekolah.
Mengapa hal semacam itu bisa terjadi? Semuanya karena siswa tidak memiliki idealisme. Atau kalau mau berbaik sangka, idealisme siswa telah mengalami degradasi. Barangkali sebagian anda tidak setuju dengan istilah di atas. Penulis pun mau berdamai dengan anda. Akan tetapi jika idealisme siswa tidak mengalami degradasi, lalu mengapa perlu ada seminar, dialog dan semacamnya yang bertemakan merekontruksi idealisme siswa seperti yang di adakan oleh OSIS M.A. Miftahul Ulum Bettet ini? Dan penulis yakin hal senada juga sering di adakan oleh lembaga-lembaga lain serta di tempat lain pula.
Sebelum penulis membahas hal ini lebih jauh, akan menjadi lebih bijak apabila di jelaskan lebih dulu pengertian dari istilah-istilah di atas.
Idealisme menurut makna kamusnya adalah sesuatu hal yang berkenaan dengan ideal. Ideal berarti cocok, pantas, tepat atau sesuai dengan yang diharapkan atau dikreteriakan. Jadi idealisme adalah suatu hal yang berkenaan dengan dengan apa yang diharapkan atau dikreteriakan.
Rekontruksi berasal dari kata kontruksi dan mendapat prefik re. Kontruksi berarti bangunan atau membangun, dan re berarti kembali atau lagi. Rekontruksi bisa berarti membangun kembali.
Jadi rekontruksi idealisme siswa berarti membangun kembali apa yang sesuai dengan harapan dan kriteria seorang siswa.
  1. PEMBAHASAN
AGAMA
Membangun kembali apa yang sesuai dengan harapan dan kriteria siswa, perlu adanya pemahaman akan beberapa hal seperti; apa yang yang perlu dibangun kembali terkait dengan idealisme tersebut, mengapa perlu dibangun kembali, dan bagaimana membangun kembali.
  1. Apa yang perlu dibangun kembali
Ibarat mobil yang telah rusak di tengah jalan, perlu adanya mobil derek untuk membawa mobil rusak tersebut ke bengkel atau ketempat charge (tukar mobil). Idealisme yang telah rusak juga perlu diderek. Mobil derek ini bisa berupa system pendidikannya yang harus berpihak kepada stik holder pendidikan dan bukan kepada para pelaku bisnis education. Stik holder pendidikan itu sendiri yang harus ditingkat keberdayaannya.
Adapun hal yang perlu dibangun kembali terkait dengan tema dia atas adalah:
-          Siswa adalah manusia terpelajar, dan pelajar tentunya identik dengan yang namanya buku dan belajar. Belajar perlu adanya buku, berarti buku harus tersedia. Dimanakah buku itu seharusnya berada? Jawabnya di dalam perpustakaan. Maka perpustakaan menjadi hal mutlak adanya disetiap sekolah. Sekarang jika buku sudah tersedia, maka tinggal apa yang harus dilakukan oleh siswa? Jawabnya tentu mempelajari buku tersebut. Jika ada siswa yang enggan atau bahkan tidak mau belajar maka itu belumlah menjadi siswa, artinya dia bukanlah orang terpelajar.
-          Siswa juga dituntut untuk memiliki kemauan keras. Sifat malas, loyo, selalu lambat dan mudah menyerah serta membiarkan segalanya mengalir bagaikan air adalah sifat yang harus disingkirkan.
-          Pepatah mengatakan, merenung adalah inti dari kebaikan. Hal ini bertolak belakang dengan kebiasaan dari kebanyakan siswa sekarang. Mereka lebih memilih hanyut dan terjebak dalam budaya hedonism; budaya hidup enak, senang-senang dan tak mau berjumpa dengan apa yang disebut dengan kesusahan sehingga mereka menjadi lebih banyak mengisi waktu dengan acara jalan-jalan, rekreasi atau hanya sekedar cangkrukan dengan teman-teman yang tanpa makna dan manfaat. Padahal seandainya mereka mau merenung, akan lebih berarti jika waktu santai yang mereka punya diisi dengan aktifitas yang lebih bergengsi menurut tinjauan makna seorang pelajar, misalnya dengan belajar kelompok. Atau, sekedar mau menerima dan berterima kasih pada penderitaan yang di hadapi karena atas penderitaan itulah dia bisa mendapatkan pengalaman.
  1. Mengapa perlu dibangun kembali
Jika kita kembali menyimak penggalan puisi di atas lalu menarik satu pertanyaan darinya, mengapa hal itu terjadi? Semua berasal dari tidak adanya idealisme. Umat islam di dunia sudah kehilangan idealismenya untuk menjadikan islam sebagai pemimpin dunia sehingga membiarkan penjajahan terhadap saudaranya (negara-negara islam) terjadi dan menganggap itu hal biasa. Padahal jika mau melihat akibat dari penjajahan itu, semuanya sudah mahfum, hasilnya adalah kesengsaraan yang tiada tara.
Marilah kita merenungkan hal itu. Kehilangan idealisme ternyata menyebabkan ketidakpedulian. Siswa yang kehilangan idealismenya akan menjadi tidak peduli dengan pelajarannya, gurunya, sekolahnya, temannya atau bahkan mungkin dengan dirinya sendiri. Bayangkanlah jika sebagian besar siswa demikian. Jika hal itu yang terjadi maka tinggallah menunggu hadirnya yang namanya kesengsaraan. Karena itulah bangunlah kembali idealisme anda. Jangan pernah membiarkannya hilang atau sekedar menurun. Idealisme yang anda punya akan menjadi motifator untuk senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip hidup, dan prinsip-prinsip hidup itulah yang akan melahirkan langkah anda guna menuju tujuan pada tangga sukses yang sedang menanti-nanti anda. Ketika sukses telah tercapai maka ia akan menjadi tiang penyangga yang semakin memperkuat idealisme awal anda. Begitulah seterusnya akan menjadi mata rantai yang baik. Tapi janganlah lupa bahwa pusat dari mata rantai tersebut adalah agama. Agamalah yang harus dijadikan dasar dari idealisme, motifasi, prinsip, langkah, tujuan dan sukses. Agama pulalah yang harus dijadikan control mereka.
  1. Bagaimana membangun kembali
  2. Be your self
-          Hal yang paling membanggakan bagi diri dalam hidup ini adalah apabila kita bisa menjadi diri sendiri.
-          Hal yang paling mengagumkan bagi orang lain dalam hidup ini adalah apabila kita bisa menjadi diri sendiri.
  1. You will have to turn over a new leaf
‘Kamu harus membalik lembaran daun baru.’
Artinya: memperbaharui sikap dan tekad dengan membuang ciri-ciri negatif yang ada pada diri kita.
  1. Faith will remove mountains
‘keyakinan akan dapat memindahkan gunung-gunung.’
-          Keyakinan adalah landasan sikap mental bagi orang yang ingin maju kedepan mencapai tujuan.
-          Keyakinan yang teguh akan dapat merampungkan pekerjaan besar demi tercapainya kesejahteraan hidup.
  1. Fall one time and stand up two times
‘jatuh sekali dan berdiri dua kali’
-          Canangkanlah cita-cita anda di bintang-bintang yang menghiasi langit dan bertabah hatilah untuk menantang penghalang dan rintangan.
  1. Better the last smiler than the first laughter.
‘lebih baik yang tersenyum penghabisan dari pada yang mula-mula tertawa’
-          Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.
-          Awal kebahagiaan yang diakhiri penderitaan itu adalah cerita duka cita yang paling mengerikan bagi hidup manusia.
-          Perjuangan hidup yang melarat dan penuh penderitaan yang diakhiri dengan kebahagiaan adalah kemenangan yang sempurna.
  1. No sweet without sweat
‘tak ada yang manis tanpa keringat’
-          Tak ada perjuangan tanpa pengurbanan dan tak ada pengurbanan yang sia-sia.
-          Ingatlah, dunia yang penuh nikmat dan kemuliaan hidup, menanti-nanti anda untuk juga ikut merasakan, asalkan anda mau berbuat kearah itu.
Sukses – keagungan – kekayaan – kedudukan – kemuliaan dan kesejahteraan harus diperjuangkan dengan gigih, ulet dan tangguh.
  1. PENUTUP
  2. Kesimpulan
‘ janganlah sekali-kali salah seorang diantara kamu ada yang duduk-duduk sambil berpangku tangan enggan mencari karunia Allah,hanya sambil berdoa,” Ya Allah limpahkanlah karunia kepadaku!” Padahal ia telah mengetahui bahwa tidak pernah dan tidak akan pernah langit itu menurunkan hujan emas dan perak.’
(Umar Ibnul hattab).
  1. Saran
Jadikanlah di bawah ini sebagai kunci sukses anda:
-          Banyaklah makan.
-          Banyaklah main.
-          Banyaklah tidur.
 Bpk.Maskurdi. S. Pd
Pembina OSIS Putra MA Miftahul Ulum Bettet Pamekasan

REFERENSI

-          Adnan Latief, Mohammad. “English syntax.” Surabaya: Karya Abditama. 1995
-          Ahmad. “Pesantren dan Citranya.” Jakarta: Permata, 1996
-          Imron, Sawawi. “Laporan Hitam Dari Bosnia.” MPA, 1995
-          JM, Mas. “Friend Book.” Pamekasan: Unpublished, 2003
-          Manser, Martin H. Oxford Learner Pocket Dictionary. Hong Kong: Oxford University Press, 1995

Harumkan nama lembaga, Ika Juara Tiga


Harumkan nama lembaga, Ika Juara Tiga


Pamekasan- Sesuatu yang membanggakan bagi Sivitas akademika MA. Miftahul Ulum Bettet Pamekasan karena pada tahun 2013 ini salah satu siswanya berhasil meraih juara III KOMPETISI SAINS FISIKA (KSF) 2013 tingkat madura (Kab. Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Sumenep) yang dilaksanakan oleh PRODI Pendidikan Fisika Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan pada tanggal 24 Pebruari 2013. Siswa tersebut adalah IKA ARISKA Kelas XI IPA-B, siswa yang dikenal pendiam di kelasnya ini merasa bersyukur atas keberhasilannya karena telah memberikan sumbangan ikut mengharumkan nama lembaga. Dalam ajang tersebut sebenarnya MA. MUB mengirim 7 siswa untuk mengikutinya tetapi yang berhasil masuk pada babak final hanya tersisa 2 siswa dan yang berhasil meraih juara hanya 1 siswa.
Pembimbing lomba, Bapak Risfandi, S.Si, S.Pd ketika dihubungi mengaku bersyukur dan bangga dengan keberhasilan ini walaupun juara III tetapi ini merupakan kebanggaan yang harus kita syukuri karena persiapan bimbingan yang cukup singkat tapi siswa mampu bersaing dan menyisihkan peserta-peserta lain yang berasal dari sekolah favorit. “kami yakin kalau bimbingan kita intens dan persiapannya lama Insya Allah akan lebih dari itu, dan kita usahakan pada lomba-lomba yang akan datang” pungkas alumni UM Malang ini.
Bapak Slamet HF. Mursyid, selaku kepala madrasah mengungkapkan keberhasilan ini menjadi tangga awal lebih giatnya siswa yang lain dalam belajar, semoga. “saya berikan apresiasi yang mendalam atas keberhasilan Ika Ariska XI IPA-B, semoga diikuti oleh yang lain di lain kesempatan” demikian pungkasnya. (iroel/osis'12-13).

2 November 2012

tenangkan hatimu


Prolog
Roda kehidupan terus menggelinding. Banyak cerita dan episode yang dilewati pada setiap putarannya. Ada sedih, ada senang. Ada derita, ada bahagia. Ada suka, ada duka. Ada kesempitan, ada keluasan. Ada kesulitan, dan ada kemudahan. Tidak ada manusia yang tidak melewatinya. Hanya kadarnya saja yang mungkin tidak selalu sama. Maka, situasi apapun yang tengah engkau jalani saat ini, tenangkanlah hatimu ..
Manusia bukan pemilik kehidupan. Tidak ada manusia yang selalu berhasil meraih keinginannya. Hari ini bersorak merayakan kesuksesan, esok lusa bisa jadi menangis meratapi kegagalan. Saat ini bertemu, tidak lama kemudian berpisah. Detik ini bangga dengan apa yang dimilikinya, detik berikutnya sedih karena kehilangannya. Maka, episode apapun yang sedang engkau lalui pada detik ini, tenangkanlah hatimu ..
Cerita tidak selalu sama. Episode terus berubah. Berganti dari satu situasi kepada situasi yang lain. Berbolak-balik. Bertukar-tukar. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang maju, kadang mundur. Itulah kehidupan. Namun, satu hal yang seharusnya tidak pernah berubah pada kita; yaitu, hati yang selalu tenang dan tetap teguh dalam kebenaran …
Saudaraku, ketenangan sangat kita butuhkan dalam menghadapi segala situasi dalam hidup ini. Terutama dalam situasi sulit dan ditimpa musibah. Jika hati dalam kondisi tenang, maka buahnya lisan dan anggota badan pun akan tenang. Tindakan akan tetap pada jalur yang dibenarkan dan jauh dari sikap membahayakan. Kata-kata akan tetap hikmah dan tidak keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apa pun situasi yang sedang kita hadapi. Dan dengan itu lah kemudian –insya Allah- kita akan meraih keuntungan.
Ketenangan Milik Orang yang Beriman
Ketenangan adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Tentang hal ini Allah berfirman:
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Fath [48]: 4)
Syaikh Abdurrahman As-Si’dy rahimahullah berkata, “Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan  hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka diantara nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan perintah Allah dalam kondisi sulit seperti ini pun. Maka bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.” (Taisir al Karim: 791)
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Taubah [9]: 26)
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al Fath [48]: 18)
Senjata Orang Beriman
Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adalah senjata orang-orang shaleh dari sejak dahulu dalam menghadapi kondisi sulit yang mereka temui dalam kehidupan mereka.
Ashabul Kahfi adalah diantaranya. Saat mereka mengumandangkan kebenaran tauhid dan orang-orang pun berusaha untuk menyakiti mereka, sehingga mereka terusir dari tempat mereka dengan meninggalkan keluarga dan kenyamanan hidup yang sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua tanpa makanan dan minuman, ketenangan dan keteguhanlah yang membuat mereka mampu bertahan. Allah berfirman tentang mereka,
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al Kahfi [18]: 14)
Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ketika mereka berdua masuk ke dalam gua, berlindung dari kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam kemarahan yang memuncak dan dengan pedang-pedang yang terhunus, hingga Abu Bakar berkata, “Jika salah satu mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua sandalnya, niscaya ia akan melihat kita.” Dalam kondisi genting itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh ketenangan berkata, “Bagaimana menurutmu tentang dua orang, yang Allah ketiganya.” (Lihat Shahîh al Bukhâri no: 3653, Shahîh Muslim no: 2381)
Allah berfirman:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.” (QS. Al Taubah [9]: 40)
Kisah lain yang sangat menakjubkan adalah kisah pada hari perang badar. Musuh dalam kondisi sangat kuat dan digdaya, dengan persenjataan yang cukup lengkap di depan mata, menghadapi tentara Allah yang sedikit, persenjataan kurang dan tanpa persiapan untuk berperang. Akan tetapi ketenangan bersemayam dalam hati-hati mereka. Maka Allah memenangkan mereka dengan kemenangan yang jelas.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, “Oleh karena itu, Allah mengabarkan tentang turunnya ketenangan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dalam situasi-situasi sulit.” (Madâriju al Sâlikîn: 4/392 cet. Dâr al Thîbah)
Meraih Ketenangan
Jika demikian penting ketenangan dalam hidup kita, karena kesuksesan juga sangat bergantung kepadanya, maka bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu? Sebagian orang mencari ketenangan dengan perbuatan sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan di tempat-tempat kemaksiatan. Semua itu keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati diliputi kesedihan. Jika pun ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan yang palsu dan sesaat.
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam al Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan tersebut:
1.            Berkumpul dalam rangka mencari ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:
« مَا اجتمعَ قَوم في بيت من بُيُوتِ الله تباركَ وتعالى يَتْلُونَ كتابَ الله عزَّ وجلَّ ، ويَتَدَارَسُونَهُ بينهم ، إِلا نزلت عليهم السكينةُ ، وَغَشِيَتْهم الرحمةُ ، وحَفَّتْهم الملائكة ، وذكرهم الله فيمن عنده »
“Tidaklah suatu kaum berkumpul sebuah rumah Allah tabaraka wa ta’ala, mereka membaca Kitabullah azza wa jalla, mempelajarinya sesama mereka, melainkan akan turun kepada mereka sakinah, rahmat akan meliputi mereka, para malaikan akan mengelilingi mereka dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka dihadapan malaikan yang berada di sisi-Nya.” (HR Muslim no. 2699)
2.            Berdoa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pernah mengulang-ulang kalimat doa berikut dalam perang ahzab:
فَأَنْزِلَنَّ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا   وَثَبِّتِ الأَقْدَامِ إِنْ لَاقِينَا
“Maka turunkanlah ketenangan kepada kami
            Serta teguhkan lah kaki-kaki kami saat kami bertemu (musuh)”
Maka Allah memberikan mereka kemenangan dan meneguhkan mereka.
3.            Membaca al Qur`an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ »
“Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari: 4839, Muslim: 795)
4.            Memperbanyak dzikrullah.
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al Ra’du [13]: 28)
5.            Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا لَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُونَ
“Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tentram kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa meresa tidak tenang dan hati merasa tidak tentram kepadanya, walaupun orang-orang mememberimu fatwa (mejadikan untukmu keringanan).” (HR Ahmad no. 17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh al Jâmi no: 2881)
6.            Jujur dalam berkata dan berbuat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu keragu-raguan.” (HR Tirmidzi no: 2518)
Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senantiasa bersegera kepada amal shaleh adalah diantara faktor yang akan mendatangkan ketenangan kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang dan teguh. Allah berfirman:
“…Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An Nisâ [4]: 68)
Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati sehingga senantiasa teguh berada dalam jalan Allah, apa pun yang terjadi kepada kita, maka bergembiralah, karena kelak saat kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada yang berseru kepada kita dengan seruan ini:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]: 27-30) (Lihat Hayâtu al Qulûb: 90-91)
Wallâhu ‘alam, wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.
[Meteri ilmiah dalam tulisan ini banyak diispirasi oleh Kitab Madâruju al Sâlikîn karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh, cet. Dâr al Thîbah dan Kitab Hayâtu al Qulûb cet. Dâr Kunûz Isybîliyâ karya Syaikhunâ Dr. Sa’ad bin Nâshir al Syatsry hafidzahullâh]
Riyadh, 27 Jumada Tsani 1433 H
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan da’i di Maktab Jaliyat Bathah Riyadh KSA)



27 September 2012

teroris = pesantren




TERORIS = PESANTREN, BENARKAH……?

Pertama kali islam  masuk ke indonesia di bawa oleh para pedagang arab, dan terus dikembangkan oleh para ulama asal indonesia. Yang disebut wali songo, dan membentuk pesantren sebagai tempat penyeberan islam di tanah air. Yang akhirnya mampu mengubah tatanan masyarakat, dan menuntun  rakyat indonesia ke jalan yang benar, yaitu agama islam. Pesantren sejak dulu memang menjadi salah satu kekuatan yang sangat berpengaruh di indonesia. Sebagai alat untuk penyeberan agama, merupakan  salah satu fungsi pesantren.
                Namun pada saat ini, kejadian-kejadian kriminal yang menyerang masyarakat tanah air telah memojokkan esensi dari pada pesantren. Ketika teror bom  melanda negara ini, dan teroris-teroris semakin menggila, mengapa pesantren yang disalahkan, mengapa pesantren yang dipojokkan….? Apa hubungannya teroris dengan pesantren. Memang belakangan aksi teror yang terjadi di tanah air background utama adalah pesantren, yaitu para pelakunya yang kebanyakan jebolan pesantren. Tapi, haruskah pesantren yang di salahkan….?
                Dari sekian banyak teroris yang di tangkap ataupun yang sedang buron, kebanyakan dari pada mereka, merupakan jebolan pesantren. Alias “kang santri”. Dan pada akhirnya masyarakat  banyak yang berkesimpulan bahwa pesantren bukan lagi tempat yang pas untuk menimba ilmu, melainkan  masyarakat  punya anggapan bahwa  pesantren adalah tempat atau markas dari pada teroris. Benarkah……?
Padahal  jika kita melihat fakta yang terdahulu ataupun yang ter update, kita ambil contoh dari generasi reformasi, ada alm. KH. Abdurrahman wahid atau yang biasa di sapa gusdur yang notabenenya merupakan keluaran pesantren, yang  sukses memimpin rakyat indonesia, selama menjadi presiden. Dan menjadi salah seorang yang punya pengaruh besar di tanah air. Dan jika kita melihat pada saat ini, seorang yang juga jebolan dari pesantren, juga bisa menjadi seorang ketua MK. Yaitu Mahfud MD, yang sekarang menjabat sebagai ketua mahkamah konstitusi. Di lingkungan masyarakat ada kyai ataupun pak ustad yang juga merupakan keluaran dari pesantren, dan mampu memimpin masyarakat menjadi masyarakat yang agamis, humanis, dan tak egois sesama. Dan sekarang masihkan masyarakat  menyalahkan pesantren…..?
                Kesimpulan dari semua pembahasan tentang teroris dan pesantren. Sebagai masyarakat yang pandai, kita harus pintar-pintar dalam menilai sesuatu . jangan sampai menilai pesantren hanya dari satu sisi saja. Dan jangan pernah menilai sesuatu dari luarnya saja, ataupun dari segi positifnya saja.

By : some one

10 Maret 2011

STRUKTUR KEPENGURUSAN

masih dalam tahap pembenahan silahkan tunggu